Naga, sejak kapan dia diberikan nama itu. Semuanya tidak pernah tahu. Namun semua tahu bahwa Naga sangat suka sekali terbang. Naga bukan seperti anak-anak yang lain. Dia punya dua buah pesawat balon yang selalu dirawatnya. Pagi ini dia hendak mengeluarkan pesawat balon miliknya yang berwarna merah. Minggu lalu dia sudah mengeluarkan pesawat balon miliknya yang berwarna biru. Dia berpikir sekarang lebih cocok terbang dengan yang warna merah. Hari ini, pagi ini, bulan dan Merkurius terlihat sangat indah. Langit biru tua yang perlahan memudar dan sinar mentari yang mengintip di sepanjang ufuk, tidak ada lagi hari seindah hari ini.
Naga menengok dan melihat ufuk di sepanjang ujung lapangan terbang miliknya. Kemudian dia berbalik melihat rumahnya yang masih tetap terang sementara sekitarnya masih gelap. “Wah, angin sepertinya sedikit berubah.” Naga berujar di dalam hati. Kemudian dia mengangkat jarinya ke atas, berusaha meninggi dan akhirnya dia sedikit berjinjit. “Uh,iya.Pas!”,teriaknya. Lalu Naga berlari di sepanjang landasan aspal buatannya. Dia memperhatikan setiap jengkal, berharap tidak ada sampah atau benda-benda berbahaya yang akan membahayakan peluncuran pesawatnya. Naga berlari kecil, terkadang jongkok, memeriksa dengan tangannya, kemudian berdiri lagi, berlari, jongkok lagi, memeriksa lagi dan terus mengulangi apa yang dia lakukan. Di ujung landasan kemudian dia berbalik dan memandang seluruh landasan miliknya sambil mengedipkan mata pada pesawat balonnya. Naga tersenyum, sambil kemudian menghembuskan napas dan merentangkan tangan. Dia langsung berlari riang dan melompat sesekali menuju pesawat balonnya.
Naga melompat masuk ke dalam pesawat balonnya yang terbuat dari kardus, kayu dan berbagai bahan bekas yang ditemukan di penjuru desanya. Naga memeriksa lagi semua dengan teliti.
“Semua sudah siap, sepertinya kita bisa mulai terbang.”
Seperti biasa Naga memakai syal hijau dan kacamata terbang miliknya. Dia merapatkan jaket yang dipakainya. Setelah mengecek lagi balon yang jadi alat utama supaya pesawat bisa terbang. Naga pun yakin semua akan lancar. Dia menarik nafas dan kemudian menghembuskannya dengan cepat. Naga mulai berlari. Dia berlari mulai dengan langkah kecil dan kemudian mempercepat langkahnya sambil tetap memegang pesawat buatannya supaya mereka bisa melesat ke langit bersamaan. Sambil tetap berlari, dia melepaskan dua ikatan tali di depan pesawat. Seketika muncul dua buah balon dari depan pesawat. Dua buah balon itu langsung mengangkat bagian depan pesawat balonnya. Naga tersenyum dan melepaskan lagi dua ikatan tali di belakang pesawat. Bersamaan dengan itu, Naga langsung melompat.
Naga berteriak, “Wohooooiiii!”
Pesawat balon merahnya melesat ke atas. Terbang di saat mentari masih saja mengintip malu di sepanjang ujung daratan. Naga terlihat sangat senang. Sementara di bawah, tetangga-tetangganya yang baru saja mau pergi ke pasar hanya bisa melihat dengan takjub. Mereka selalu takjub dengan apa yang dilakukan Naga. Naga, masih kecil, masih anak-anak, tetapi semua yang dilakukannya membuat mereka semua punya kesenangan di tiap pagi seperti ini.
Semakin jauh Naga terbang, para tetangganya hanya bisa semakin berdecak kagum bahkan ada yang diam terperangah. Sementara jauh di langit, di antara bulan dan sinar Merkurius yang misterius, kita hanya bisa melihat titik merah besar, pesawat balon milik Naga.
“Naga! Terima kasih.” Dan semua tetangga-tetangga yang pagi itu keluar langsung bertepuk tangan. Penduduk desa sebelah sepertinya juga melakukan hal yang sama. Naga hanya menengok ke bawah, tersenyum dan berusaha berkonsentrasi pada penerbangannya.
Pagi ini, sebelum pergi ke pasar, Naga terbang di langit di antara bulan dan Merkurius dengan latar langit biru menjelang matahari terbit. Adakah yang lebih menyenangkan daripada ini?