Cahaya-cahaya itu mulai melintas dengan cepat. Titik-titik kecil itu bergerak mengikuti awan yang bertiup seirama gerak ujung daun pohon-pohon yang ada di atas lereng bukit. Di ujung teras kandang kuda terlihat seekor kucing yang sedang berdiam. Namanya Suni, saat ini dia mengendus ekornya. Menjilati sampai tidak ada kotoran yang menempel. Dia merapihkan bulunya agar lurus-lurus, kemudian berbaring memperhatikan teman-teman kecil di langit.

Titik-titik kecil yang bercahaya di langit pada malam ini tampak indah. Mereka berlarian, mengejar satu sama lain. Sekali-kali ada yang jatuh, kemudian yang lain pun melambatkan gerakannya. Menunggu temannya bangkit. Setelah bangkit, mereka pun berlari kembali. Cahayanya terkadang meredup, terkadang menjadi terang sekali. Pemandangan ini membuat Suni tersenyum.

Manusia sering memanggil titik-titik kecil ini bintang. Suni tidak mengerti mengapa mereka dipanggil bintang. Dia hanya senang pada apa yang dilihatnya setiap malam. Bintang-bintang yang berlarian sepanjang malam. Mereka terlihat bahagia.

Suni mengangkat badannya. Dia merasa harus mulai menggerakkan badannya. Mengeong sedikit, mencoba menyapa bintang-bintang yang masih saja berlarian. Suni berdiri memperhatikan sebentar. Bintang-bintang di atas sempat melambat. Mereka mencoba menguatkan sinarnya, berusaha membalas sapaan Suni sebentar lalu kembali berlarian lagi.

Sejenak Suni menoleh ke arah kuda-kuda di kandang. Mereka sudah tertidur pulas, tidak ada lagi yang bisa diajak mengobrol. Dia melompat dan tak lama kemudian menghilang dalam kegelapan. Sementara di langit para bintang masih saja berlari dengan semangatnya seperti malam-malam sebelumnya mereka semua menemani Suni saat malam.

whatsapp-image-2017-01-31-at-08-25-25